Senja tak pernah bermimpi, hanya berharap. Menanti detik demi detik waktu berganti. Terus melukis mega menjadi jingga. Meski Senja tahu, bulan purnama ‘kan datang menyinari. *** Gemericik suara hujan masih terdengar di luar jendela. Seperti tahu ada yang sedang meratapinya dari dalam jendela. Senja tersenyum. Matanya menerawang keluar jendela. Melihat orang-orang berlarian menghindari hujan. Lalu terkekeh. “Kenapa mereka harus berlari menghindari hujan, kalau mereka bisa menari menikmatinya?” Bisiknya pada diri sendiri. Senja Adiraga. Gadis muda penuh talenta, dan cinta. Seluruh harinya hanya ada bahagia. Meski di satu masa pernah merasakan luka. Tapi, dia tetap ceria. Senja tak pernah menggerutu, kecuali melihat orang lain menggerutu di hadapannya. Senja tak pernah mengutuk, kecuali hatinya benar-benar merasa tertusuk. Cipratan demi cipratan sisa air hujan berterbangan di sekitar Senja. Sepatu boots biru lautnya terus menghantam genangan sisa air hujan hin
A witness of a lady wrapped in a raincoat