Langsung ke konten utama

Sebuah Cerita, Sebuah Realita (2)



Aku masih diam disini. Diantara rerumputan hijau menyegarkan mata. Memandang awan dengan pikiran yang berkelana. Namaku Larasita, dan aku tidak ada duanya.

***

Besok adalah hari dimana aku dan Reksa tepat empat bulan menjalin hubungan yang penuh komitmen ini. Aku berniat pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa barang yang bisa aku gunakan untuk merayakan hari jadi kami. Sendirian.
Aku mengaitkan sepasang headset yang sudah mendendangkan lagu-lagu klasik favoritku ke dalam lubang telingaku.  Salah satu kebiasaanku, adalah berjalan di sepanjang trotoar sembari mendengarkan lagu-lagu klasik atau lagu-lagu inspiratif yang bisa menggugah pikiran positifku. Hiruk pikuk jalanan di sampingku menjadi tak berarti, malah sering kujadikan hiburan karena melihat wajah-wajah kesal orang yang terjebak macet itu, lucu.

Sepasang flatshoes cokelatku kini sudah berpijak diatas lantai marmer sebuah pusat perbelanjaan besar di kotaku. Salah satu pusat perbelanjaan para kaum jetzet dan sosialita. Mahal? Tidak kok, tidak semua toko disini membandrol dagangannya dengan harga yang tak bisa diterima logika. Apalagi logikaku. Disini ada satu toko unik yang menjual berbagai pernak-pernik unik yang harganya lumayan terjangkau oleh kalangan pelajar dan mahasiswa macam aku. Nama toko ini “Scoop”.
Sesampainya di Scoop, aku tidak bingung melihat banyak wanita berseragam putih abu sedang berkeliaran disana, karena Scoop memang cukup luas. Scoop membagi zona jualnya menjadi empat. Girls zone, Boys zone, Magic zone dan Vintage zone. Keempatnya sudah aku jelajahi, dan keempatnya sangat keren. Aku seperti masuk ke dunia yang berbeda dalam waktu bersamaan. Hmm, kini aku di Girl zone, tentu saja. Aku melihat banyak pilihan hadiah anniversary disana. Ada jam pasir warna warni yang bisa diberi kata-kata, setoples bintang-bintang berglitter, sampai boneka yang bisa diisi rekaman suara kita.
Pilihanku jatuh pada sebungkus kertas origami mengkilat. Kenapa? Semua benda tadi memang lucu, tapi sayangnya, semua benda tadi dibuat oleh orang lain. Aku tidak mau Reksa menerima hadiah manis yang bukan berasal dari tanganku sendiri. Aku akan membuat burung-burung origami yang kugantung pada sebuah ranting pohon mati di padang rumput ilalang favoritku. Akan kukenalkan Reksa pada taman ilalang kesukaanku.

Semalam suntuk aku membuat burung-burung origami untuk kugantung bersama Reksa besok hari. Tiap burung origami, sudah aku jait dengan benang wol untuk menggantung mereka. Aku tau, nantinya burung-burung ini tidak akan berguna apa-apa, aku yakin ada orang-orang yang berpikir seperti itu. Tapi, aku meyakini, terciptanya burung-burung ini menjadi bukti kesungguhan kita, terutama kaum wanita kepada pasangan kita. Menciptakan burung-burung ini tidak sebentar, tidak mudah, dan tidak gratis. Semuanya bisa aku lakukan, bahkan menciptakan seribu burung origami pun aku bisa, hanya untuk sebuah nama yang kuyakini bisa membahagiakanku. Reksa.

***

27 November
Aku sengaja tidak menghubungi Reksa dari dua hari yang lalu. Seperti gadis gadis lainnya, aku ingin melihat Reksa khawatir padaku. Aku ingin lihat seberapa kehilangannya Reksa padaku. Dan, aku ingin saat aku memberinya kejutan di hari jadi kami, dia terharu karena tidak pernah menyangkanya. Ah, sungguh indah bayangan di benakku ini.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Aku segera membereskan barang bawaanku dan berlari ke tangga menuju kelas Reksa. Dan sepi. Kudapati kelas Reksa sepi.
Kemana Reksa? pikirku.
Aku menuruni tangga dan menemukan salah satu teman main Reksa. “Gan, liat Reksa? Kok kelasnya sepi yah?” tanyaku.
“Oh.. dia tanding basket, Ta.. di GOR yang biasa. Lagi semifinal tuh rame banget.”
Tanpa pikir panjang, aku segera menuju GOR yang biasa dijadikan tempat bertanding basket itu yang jaraknya tidak jauh dari sekolahku.

Semi final hari ini, SMA Cipta Bangsa melawan SMA Pelita. Salah satu sekolah elite, tapi terkenal brutal.
Aku masuk ke gedung GOR yang panas. Sorak sorai seketika membahana membuat kupingku pengang. Ramai sekali disini.
Aku berusaha mencari celah kosong untuk melihat pemain di lapangan. Untunglah badanku mungil, aku jadi tidak terlalu sulit mencari tempat kosong di pinggiran pagar penghalang. Kusiagakan mataku untuk mencari sosok Reksa yang ternyata tengah bermain. Dia sangat mempesona dengan kulit kecokelatannya.
Beberapa menit kemudian permainan berhenti. Kemenangan untuk sekolah kami.
Aku berjalan cepat menuju ruang ganti para pemain. Selama menuju ruang ganti, mataku masih dapat menangkap sosok Reksa yang tengah memainkan ponselnya. Segera saja aku mengambil ponselku hendak menghubunginya.
Reksaku. Klik.
Aku menempelkan ponsel ke kuping, tapi tak ada suara telepon terhubung. Aku mencari sosok Reksa, sedang berbicara melalui ponselnya. Ada yang menelepon Reksa, sebelum aku?
Aku berhenti berjalan. Kemudian memperhatikan Reksa dari atas bangku penonton. Reksa sudah tidak menelepon, tapi dia berlari kecil ke arah gerbang keluar. Aku masih bisa melihat punggungnya sedikit. Reksa menunggu siapa? Hatiku berdegup.
Beberapa menit berlalu. Reksa kembali. Dengan seorang gadis.
Reksa kembali dengan merangkul seorang gadis tepat di hari jadi kami yang masih berumur empat bulan. Itu gadis dari SMA Pelita. Wajahnya nakal dengan pakaian ketat dan rok pendek diatas lutut.
Seketika lututku lemas. Aku terduduk di bangku tempat aku berdiri dengan mata yang mulai panas. Baru saja dua hari aku tidak menghubunginya, Reksa sudah bisa merangkul gadis lain sebagai pengganti bahuku selama empat bulan ini bahkan lebih.

Tapi, harusnya aku tidak terkejut. Dari awal aku sudah tau Reksa itu playboy. Kecuali jika di awal aku meyakini Reksa adalah laki-laki baik-baik, mungkin aku wajar menangis di tengah kerumunan manusia seperti ini. Tapi, ini Reksa, dia bukan laki-laki yang baik, dan aku tau itu sejak awal. Kenapa aku masih saja menangis? Hatiku bergumam. Tidak, ini bukan soal dia laki-laki baik atau bukan. Memang itu juga sebuah alasan. Tapi, yang kualami ini lebih dari itu. Aku menangis bukan karena Reksa harusnya laki-laki baik, tapi aku menangis karena aku sudah menyimpan kepercayaan itu pada Reksa. Iya, karena aku sudah percaya. Dan Reksa menghianatinya.  Itu yang membuat aku menangis. Siapapun, jika kepercayaannya dikhianati pasti sedih. Pasti.

Aku berlari tanpa arah keluar dari gedung dan meninggalkan sorak sorai orang-orang yang seakan menertawakan sakit hati yang kualami.
“Cowok brengsek. Sekali playboy, tetep aja playboy!” umpatku sambil berlari. Lalu, Brakkk!!! Tubuhku menabrak seorang laki-laki berpakaian necis yang… tampan.

To be continued…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Pengakuan Kinan

Aku berjalan cepat mengejar bis yang setiap harinya menuntutku untuk lebih gesit dari hari kemarin. Kaki-kaki kecilku melompati genangan demi genangan air sisa hujan semalam. Aku, dengan setelan serba gelap, seragam yang dibalut cardigan hitam, rok abu-abu, black flat shoes , dan tas hitam yang menggantung di pundak tangan kananku. Kaki-kaki kecilku semakin lambat berlari. Deru nafasku semakin jelas terdengar, naik-turun, tak terkendali. Rasanya lelah setiap pagi harus mengejar bis yang sama agar aku bisa sampai di sekolahku yang sangat-sangat jauh itu dengan biaya yang sangat-sangat murah. Jari-jariku melepaskan tiga lembar uang ribuan ke tangan kenek bis yang terus-menerus menggerakkan lengannya naik-turun hingga timbul dentingan-dentingan dari koin yang saling beradu. Aku mendapat kursi di belakang sopir bis. Beruntung, pagi ini aku tidak berdiri dengan tangan kanan terangkat, walaupun, teman sebangku-ku ini juga tidak bisa dikatakan beruntung, bapak setengah ...

Review & Testimoni NEOGEN Bio-Peel Gauze Peeling Lemon

Annyeonghaseyooooo ^^ Postingan ini adalah tulisan pertama aku yang mereview sebuah produk skin care Korea yang aku pakai. Fyi guys , tulisan ini bukan endorse or paid promote loh yah, ini murni review atau testimoniku mengenai produk dari merk yang sudah aku pakai dalam beberapa waktu. Here it is .. NEOGEN Bio-Peel Gauze Peeling Lemon Produk skin care Korea pertama yang aku review adalah si kuning ini, Neogen Bio-Peel Gauze Peeling Lemon. Pertama kali tahu soal produk ini dari vlogger favorite aku yang melakukan demo menggunakan Neogen Bio-Peel ini yang keliatannya sangat moist banget sewaktu dipakai. Setelah stalking dan baca review disana-sini, akhirnya aku memutuskan untuk membeli produk Neogen Bio-Peel Gauze Peeling Lemon. Kenapa lemon? Padahal Neogen ini mengeluarkan 3 varian yaitu Neogen Bio-Peel Gauze Peeling Lemon, Neogen Bio-Peel Gauze Peeling Wine, dan Neogen Bio-Peel Gauze Peeling Green Tea. Jawabannya adalah tergantung kebutuhan kulit ki...

Namaku, Rindu...

Namaku Rindu, Ketika kita tidak saling bertemu Ketika panca indra tak mampu merasakan kehadiran kamu Ketika raga tak bisa lagi merasakan sentuhanmu Dan ketika detak jantung sudah tak berirama jika mengucap namamu Panggil aku rindu, Perasaan sesak di dada yang tak mampu menuruti keinginan jiwa Perasaan sakit saat aku tahu bahwa kamu tak ada lagi di sekeliling raga Aku rindu dan aku tersiksa Sebut aku rindu, Saat air mata menjadi bukti nyata adanya rasa pilu Saat hanya air mata yang mampu ikut merasakan rasa itu Saat air mata, adalah satu-satunya ekspresi jiwa yang bisa diluapkan seketika itu Ketika rindu itu merajalela Aku rindu dan aku sengsara Kenapa kamu harus pergi begitu jauh? Kenapa harus ada jarak untuk perasaan kita? Dan kenapa aku tak mampu untuk menerima jawaban yang ada... Kamu... aku rindu kamu.. Aku tak ingin menyalahkan keadaan, tapi keadaan memaksaku untuk mengumpatnya. Aku benci rasa rindu.. Sesak, kosong, dan merana.. Aku...