Langsung ke konten utama

Good Bye, Leksa!











Ku berlari kau terdiam,
Ku menangis kau tersenyum,
Ku berduka kau bahagia,
Ku pergi kau kembali...
Ku coba meraih mimpi, kau coba ‘tuk hentikan mimpi..
Memang kita takkan menyatu...

Bait demi bait dari lirik lagu Cakra Khan itu sukses membuat air mataku deras mengalir. Malam ini, di kamar penuh pernak-pernik kota Paris yang aku banggakan ini. Aku yang seharusnya merasa senang, merasa girang. Lebih senang dari sekadar mendapat pulsa gratisan yang tidak sengaja nyasar ke nomorku ataupun lebih girang dari mendapat nilai tertinggi di kelas! Harusnya aku berteriak dan melompat-lompat di atas kasur malam ini karena saking bahagianya. Tapi nyatanya sekarang aku malah menangis, tersedu-sedu seperti gadis ABG yang baru putus cinta dari kekasih yang dia anggap belahan jiwanya.
Ya Tuhan... ini jelas salah. Malam ini, aku baru saja dapat kabar dari media online yang menggelar ajang pamer sketch pakaian trendsetter 2012 yang menghadiahkan 8 orang pemenangnya untuk ikut bersama mereka melihat pameran busana dari beberapa perancang busana terkemuka di Paris! Ya Tuhan... Paris? Dan aku menjadi salah satu pemenangnya? Really?? Yes! Ini sungguhan. Jelas-jelas telepon dari mbak Sophie-manager promosi-media online khusus busana International itu benar adanya. Jadi, harusnya aku senang bukan main, kan? Tapi, pada kenyataan di waktu yang hampir sama. Aku seketika menangis saat aku tahu hari keberangkatannya itu bertepatan dengan hari ulang tahun serta hari wisudanya Leksa. Pacarku.
“Hallo...” Leksa menjawab teleponku.
“Hallo, sayang! Tebak apa?!” Kataku masih sangat amat antusias.
“Apaaa?” Dia menjawab dengan nada terdengar penasaran.
I’ll go to Paris!” Kataku bungah. Lalu diiringi tawa yang membahana.
Leksa diam sesaat. Lalu..
“Paris? Kamu lagi mimpi, ya? Hey?” Leksa berkata sembari mengetuk-ngetuk ponselnya membuat suara yang berisik di telingaku.
“Ih.... Leksa! Seriusan. Aku bakal ke Paris. Gratis! Hebat, kan?!” Aku masih belum ingat hari keberangkatannya bertepatan dengan dua hari besar Leksa.
“Ya ampun... iya, iya, kapan kamu mau ke Parisnya? Besok? Mau aku anter? Atau aku temenin? Hehe.” Leksa bercanda.
“Tanggal 18 Oktober! Dua minggu lagi. Hahaha. Aku bener-bener nggak nyangka, sumpah! Ternyata salah satu sketch yang aku unggah ke internet itu banyak yang suka dan bikin aku jadi salah satu 8 orang terfavorit yang bisa ikut ke Paris buat liat pameran busananya designer kelas dunia, yang! Pacar kamu hebat, kan? Hahaha. Berarti, aku harus cepet-cepet ngurus paspor dan segala tetek-bengeknya yah? Haaah, nggak sabar banget.” Aku nyerocos dengan sangat antusias sampai lupa bernafas.
Leksa diam lagi. Lima detik. Sepuluh detik.
“Sayang? Kamu kok diem? Tidur, yah? Ah, aku kan lagi cerita.” Kataku agak sebal. Sudah bengek-bengek cerita panjang lebar, yang diceritain malah nggak berkomentar.
“Kamu mau pergi?” Akhirnya Leksa berkomentar.
“Lah? Kok pertanyaan kamu konyol, sih? Ya iyalah sayang. Kamu kayak nggak tahu aku aja? Ikut pameran busana di kota fashion itu kan mimpi hampir semua designer?” Aku mulai heran.
Leksa mendengus.
“Kamu nggak inget tanggal 18 itu hari apa?” Tanya Leksa ketus.
Otakku berputar. Mataku melihat kalender bergambar teater Rouge dan mendapati tanggal 18 itu hari Rabu dan... aku baru sadar kalau itu adalah hari besar Leksa setelah aku melihat tanggal itu dilingkari spidol merah! Ya Tuhan...
Oh My...” Suaraku agak mendesis.
“Inget?” Leksa makin ketus.
Tubuhku merinding setengah mati. Tidak tahu apa yang harus aku katakan dan apa yang harus aku putuskan sekarang. Dua-duanya adalah hal penting dalam hidupku. Bagaimana bisa aku memilih antara keduanya? Ya Tuhan... Ya Tuhan...
Bibirku bergerak tak keruan. Terlihat seperti sedang berkomat-kamit.
“Tapi... kesempatan ke Paris ini cuma sekali...” Aku berkata pelan dan ragu. Lalu menutup mata.
“Hari ulang tahunku yang ke-22 dan hari wisudaku juga jelas cuma sekali. Terserah kamu mau pilih yang mana. Besok kamu kasih tau jawabannya sama aku. Apapun itu. semoga pilihan kamu yang paling benar. Night.” Leksa marah. Atau mungkin kecewa.
Sekarang aku hampir gila memikirkan ini semua. Sudah sebungkus tissu 75 sheets aku habiskan untuk menangisi hal ini semalaman. Mataku sekarang sudah seperti mata panda, persis seperti panda kesukaan sahabatku. Hitam, legam, mencekam. Aku seperti orang depresi. Atau jangan-jangan aku memang depresi?
Aku menenggelamkan wajahku ke bantal. Berharap tanggal wisuda Leksa maju satu minggu. Berharap tubuhku bisa terbagi dua. Berharap Leksa bisa mengerti aku dan impianku. Berharap pagi tak pernah tiba. Dan..
Intinya, aku berharap bisa ke Paris di waktu yang telah ditentukan. Dan bisa datang ke acara wisuda Leksa lalu merayakan hari ulang tahunnya di waktu yang telah ditentukan juga. Namun, jika waktu itu ternyata sama. Aku akan memilih yang paling benar seperti kata Leksa. Dan yang paling benar adalah, aku akan menggapai impianku ke Paris dan menemukan kebahagiaan yang tidak pernah aku dapatkan dari Leksa, yang ternyata tidak mampu menyatu dengan impianku.
Well, Good bye Leksa!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Pengakuan Kinan

Aku berjalan cepat mengejar bis yang setiap harinya menuntutku untuk lebih gesit dari hari kemarin. Kaki-kaki kecilku melompati genangan demi genangan air sisa hujan semalam. Aku, dengan setelan serba gelap, seragam yang dibalut cardigan hitam, rok abu-abu, black flat shoes , dan tas hitam yang menggantung di pundak tangan kananku. Kaki-kaki kecilku semakin lambat berlari. Deru nafasku semakin jelas terdengar, naik-turun, tak terkendali. Rasanya lelah setiap pagi harus mengejar bis yang sama agar aku bisa sampai di sekolahku yang sangat-sangat jauh itu dengan biaya yang sangat-sangat murah. Jari-jariku melepaskan tiga lembar uang ribuan ke tangan kenek bis yang terus-menerus menggerakkan lengannya naik-turun hingga timbul dentingan-dentingan dari koin yang saling beradu. Aku mendapat kursi di belakang sopir bis. Beruntung, pagi ini aku tidak berdiri dengan tangan kanan terangkat, walaupun, teman sebangku-ku ini juga tidak bisa dikatakan beruntung, bapak setengah ...

Review & Testimoni NEOGEN Bio-Peel Gauze Peeling Lemon

Annyeonghaseyooooo ^^ Postingan ini adalah tulisan pertama aku yang mereview sebuah produk skin care Korea yang aku pakai. Fyi guys , tulisan ini bukan endorse or paid promote loh yah, ini murni review atau testimoniku mengenai produk dari merk yang sudah aku pakai dalam beberapa waktu. Here it is .. NEOGEN Bio-Peel Gauze Peeling Lemon Produk skin care Korea pertama yang aku review adalah si kuning ini, Neogen Bio-Peel Gauze Peeling Lemon. Pertama kali tahu soal produk ini dari vlogger favorite aku yang melakukan demo menggunakan Neogen Bio-Peel ini yang keliatannya sangat moist banget sewaktu dipakai. Setelah stalking dan baca review disana-sini, akhirnya aku memutuskan untuk membeli produk Neogen Bio-Peel Gauze Peeling Lemon. Kenapa lemon? Padahal Neogen ini mengeluarkan 3 varian yaitu Neogen Bio-Peel Gauze Peeling Lemon, Neogen Bio-Peel Gauze Peeling Wine, dan Neogen Bio-Peel Gauze Peeling Green Tea. Jawabannya adalah tergantung kebutuhan kulit ki...

Namaku, Rindu...

Namaku Rindu, Ketika kita tidak saling bertemu Ketika panca indra tak mampu merasakan kehadiran kamu Ketika raga tak bisa lagi merasakan sentuhanmu Dan ketika detak jantung sudah tak berirama jika mengucap namamu Panggil aku rindu, Perasaan sesak di dada yang tak mampu menuruti keinginan jiwa Perasaan sakit saat aku tahu bahwa kamu tak ada lagi di sekeliling raga Aku rindu dan aku tersiksa Sebut aku rindu, Saat air mata menjadi bukti nyata adanya rasa pilu Saat hanya air mata yang mampu ikut merasakan rasa itu Saat air mata, adalah satu-satunya ekspresi jiwa yang bisa diluapkan seketika itu Ketika rindu itu merajalela Aku rindu dan aku sengsara Kenapa kamu harus pergi begitu jauh? Kenapa harus ada jarak untuk perasaan kita? Dan kenapa aku tak mampu untuk menerima jawaban yang ada... Kamu... aku rindu kamu.. Aku tak ingin menyalahkan keadaan, tapi keadaan memaksaku untuk mengumpatnya. Aku benci rasa rindu.. Sesak, kosong, dan merana.. Aku...