Langsung ke konten utama

cinta si putri plastik





Cinta bukan sekedar apakah dia menawan atau populer?

Tapi cinta jauh lebih murni dari itu.

 

                         

Aku berlenggang indah di pelataran taman sekolah. Penuh percaya diri. Walau semua mata tertuju padaku. Aku tak menghiraukan mereka dan tetap melenggang bak putri Indonesia. Kecuali satu, laki-laki yang selalu jadi perhatianku dan selalu berlagak jual mahal.

Alkalifi. Atau sering dipanggil Alka. Satu-satunya laki-laki yang tak pernah menghiraukan keberadaanku bahkan ketika semua teman-temannya mengingatkan.

Sial. Kenapa juga aku harus jatuh cinta pada laki-laki macam dia? Phew.

Aku memasuki kelas 12 IPS 2 di ujung lorong dengan mengabaikan siulan bahkan ocehan anak laki-laki di sepanjang lorong. Memuakkan.

“Brakk!” Aku membanting tas ke meja paling depan. Lalu mendaratkan bokongku di kursi kayunya. Teman sebelahku kelihatan terperanjat dan segera bangun dari duduknya, tak lupa dia membawa tasnya pindah dari kursi di sebelahku tanpa perlu aku suruh.

Beberapa menit kemudian aku sudah dikerubungi tiga gadis yang tak asing buatku. Mereka adalah Nara, Laila, dan Neby. Merekalah yang selama ini aku sebut teman.

“Kenapa darling? Something’s wrong?” Neby bertanya dengan nada kekanakannya sembari melumat lolipop.

Aku melengos di hadapan mereka.

“Makin hari, Alka makin buat gue gila. Heran gue, semua cowok ngejar-ngejar gue, tapi kenapa Alka adem ayem aja kalo liat gue?!” Aku menumpahkan keluh kesahku pada tiga dara disekelilingku.

“Alka lagi?? Oh Damn...” Laila menepuk jidatnya.

Aku mendelik cepat. “Gimana nggak Alka lagi? Dia satu-satunya cowok di sekolah ini yang nggak tergoda sama gue! Apa sih kurangnya gue?” Aku menodongkan tatapan penuh tanya pada Laila.

Nara hanya geleng-geleng kepala sembari asik dengan Blackberry-nya.

Darling, lo itu adalah cewek sempurna. Badan tinggi semampai, kaki jenjang, bibir merah merekah, idung bangir, rambut panjang, ikal, kulit putih langsat. Beuh, belum lagi bakat lo yang pinter dandan plus modis. Lo mau nambahin apa lagi? Mau bikin cewek-cewek pada bunuh diri gara-gara minder?” Neby mengomel sembari menodongkan lolipopnya ke arahku.

“Tapi Alka nggak tertarik sama gue...” Aku berkata lemah.

“Itu sih Alkanya aja yang bego. Gue rasa lo ketinggian buat seleranya dia.” Ujar Neby nyablak.

“Erina... gue rasa Alka emang cowok yang nggak suka main sama barbie. Hihi.” Celetuk Nara sambil terkekeh.

Aku menghela nafas. Barbie adalah panggilan sayang dari tiga gadisku yang perlahan menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Entahlah, aku memang menyukai barbie. Aku memang sangat girlie. Tapi, panggilan itu bukan mauku tentu saja.

...

Hari ini aku sibuk dengan aktifitasku sebagai finalis gadis sampul tahun ini. Pemotretan, belajar akting, belajar public speaking, dan konseling. Semua orang di sekolah memujiku atas prestasi ini. Lagi-lagi, kecuali Alka.

Dia malah lebih senang bersama dengan gadis-gadis sederhana yang berhijab.

Phew. Alka sangat lihai mempermainkan perasaanku walau tanpa dia sadari.

Hingga akhirnya,

“Erina, gue sayang sama lo. Lo mau nggak jadi cewek gue? Gue janji nggak akan pernah nyakitin lo. Gue tau, gue lancang bilang gini sama lo. Tapi, gue cuma pengen jagain lo.” Patahan kata romantis itu terlontar dari mulut Mika. Salah satu fans beratku.

Dan aku menerimanya. Tanpa pikir panjang. Bukan karena aku suka atau bahkan sayang, tapi karena aku bosan membayangi Alka dan ingin mencari kesenangan.

Mungkin, Mika bisa memberi perasaanku kesenangan. Batinku.

 

Esok harinya, Mika selalu ada disekitarku, di kelas, di kantin, di taman, bahkan di toilet kalau tidak aku ingatkan bahwa itu khusus wanita. Dan seisi sekolahpun seketika gempar karena mention Mika kepadaku yang berisikan kata-kata sayang.

“Kenapa lo nerima Mika? Cowok begitu nggak pantes buat lo. Dia nggak bisa ngurus diri tau, liat rambutnya aja keriting berantakan gitu. Gue rasa itu sih sarang kutu.” Laila nyeletuk semaunya. Diikuti tawa dua temanku yang lainnya.

“Nggak tau, gue cuma bosen nungguin Alka. Siapa tau dengan gue nerima Mika. Gue bisa sedikit lupa kalau gue sangat memuja Alka. Walaupun tiap nyampe sekolah, yang gue cari adalah Alka, bukan Mika.” Kataku pasrah.

“Erinaaaa, barbieku sayang... gue rasa lo mulai nggak sehat dengan rasa suka lo ke Alka. Kenapa mesti Mika sih? Lo kan bisa cari kesenangan sama yang lain, minimal sama yang mukanya sepadan sama Alka. Si Mika sih, sepadan sama satpam sekolah.” Neby nyerocos dengan gaya khasnya.

“Gue rasa lo mesti ngomong sama Alka, tanya kenapa dia nggak suka sama lo.” Nara nyeletuk dari balik pintu toilet.

What? Ngomong? Gue? Lo gila kali ya, Nar!” Aku memukul pintu toilet yang dihuni Nara.

Lalu tiba-tiba diam sembari memproses kata-kata Nara tadi. Mungkin itu bisa jadi senjata terakhir gue. Batinku.

Ringtone ponselku seketika membahana dan membuyarkan lamunanku. Telepon dari Mika.

Bip.

“Hallo?”

“Hallo sayang, kamu dimana? Udah makan siang?”

“Di toilet. Belum, udah ini baru mau ke kantin.”

“Oh... mau bareng aku ke kantinnya atau gimana? Kalo mau, nanti aku ke toilet dulu aja.”

“Hmm... nggak deh. Aku bareng temen-temen aja.”

“Yang bener? Nanti.....”

Bip. Aku mematikan saluran telepon itu dengan malas.

“Mika bawel banget. Beda sama Alka yang cool.” Aku mengeluh sendiri, dibarengi kekehan tiga temanku yang sedari tadi memperhatikan.

“Yuk kantin!” Nara merangkulku.

...

“Kita putus.” Lalu aku meninggalkan Mika dengan tampang tak berdosa. Setelah hampir seminggu aku tak menghiraukannya. Namun, sore ini Mika menjelma jadi laki-laki kasar. Setelah pernyataanku tadi, Mika memaksaku untuk bicara dengannya. Dia menarik tanganku dengan kasar dan berbicara dengan nada tinggi.

Laki-laki macam apa ini? Beda banget sama Alka. Batinku lagi-lagi bicara.

“Erina, denger ya! Aku udah berusaha baik di depan kamu, jadi cowok yang baik buat kamu, yang selalu ada jagain kamu kayak janji aku. Aku selalu perhatian sama kamu. Tapi, kenapa kamu nggak berbalik ngelakuin hal yang sama kayak aku, sih?” Mika berkoar-koar.

Aku memandang jijik. “Lo mau gue kayak gimana? Gue rasa 2 minggu udah rekor buat lu dapetin cewek kayak gue. Lo pikir gue suka sama lo?” Aku berkata sangat ketus. Kelewat ketus malah.

Dahi Mika berkerut cepat. “Lo pikir, gue suka sama lo?” Mika mengulang perkataanku. “Hey, barbie... Sadar dong! Lo pikir, gue serius sama lo? Denger yah, di sekolah ini siapa sih yang nggak kenal lo? Cewek tercantik di sekolah, saking cantiknya sampe-sampe disebut barbie sama satu sekolah. Dan karena saking cantikya lo juga, banyak cowok yang mau jadi pacar lo cuma buat sekedar jadiin lo taruhan! Jelas? Atau perlu gue ulang? Selama ini, cowok yang pernah jadian sama lo, cuma jadiin lo taruhan! Termasuk gue. Hahaha” Tawa Mika mengiringi kata-kata pedasnya. “Dan asal lo tau yah, cewek secantik lo nggak pantes dijadiin pacar dengan rasa cinta yang sebenernya. Karena, yang ada, yang jadi cowok lo bakalan sering makan hati karena banyak cowok lain yang berpotensi gangguin lo. Ngerti lo? Gue sih terang-terangan aja yah. Lo bukan tipikal cewek idaman gue, cewek kayak lo yang ada nantinya bakalan ngerepotin gue doang dengan semua pernak-pernik lo yang mahal itu. Yah, tapi mungkin bakalan beda ceritanya kalo lo berperangai lebih baik.” Lanjut Mika, masih dengan senyum sinisnya.

Aku menganga selebar aku bisa menganga.

Apa dia bilang? Taruhan? Seketika mataku memanas.

“Sorry yah kalo kata-kata gue nyakitin. Tapi, gue juga harus berterima kasih sama lo. Berkat lo, gue berhasil beliin boneka kesukaan cewek gue. Hehe. Thank’s ya!” Mika menepuk bahuku.

“Kita putus.” Akhirnya itulah kata-kata yang keluar dari mulutku. Tanpa melirik lagi wajah Mika yang memuakkan. Aku melenggang pergi setelah mendengar pengakuan dosanya Mika. Walaupun air mukaku tampak datar, tapi dalam hatiku tersayat. Dan aku segera berlari ke belakang sekolah. Untuk menangis.

Aku mengutuk diriku sendiri. Mengumpat Mika. Dan menghujat semua perempuan sederhana yang bisa merasakan kebahagiaan yang tak bisa kurasakan.

Aku menangis sejadi-jadinya.

Tanpa sedikitpun merasa ada seseorang mendekat dan duduk disampingku. Aku baru menyadari kehadirannya ketika dia menyodorkan sebungkus tissu di depan mukaku. Aku mengambilnya tanpa ragu, lalu membersihkan hidung serta menghapus air mataku.

Betapa kagetnya aku ketika menengok. Seseorang disampingku ternyata Alka.

Dia menatap langit. “Berhentilah berpura-pura sempurna seperti julukanmu si boneka plastik itu. Kamu sama sekali tidak terlihat cantik dengan semua kesombonganmu karena merasa dirimu cantik. Barbie diciptakan dari imajinasi manusia, makanya dia bisa terlihat sangat cantik. Sedangkan kamu itu manusia, dan manusia jauh lebih sempurna dari benda mati seperti barbie. Harusnya kamu sadar itu.”

Aku memperhatikan postur tubuhnya dari samping. Dia tampan, dan cerdas.

“Kenapa kamu nggak suka sama aku?” Tiba-tiba pertanyaan itu keluar dari mulutku.

Alka menatapku. “Kata siapa? Aku suka sama kamu, selama kamu jadi diri sendiri. Nggak diperbudak sama kecantikan fisik dan popularitas. Dan nggak memaksa diri kamu untuk tampil sempurna hanya dari luar.” Ujarnya dengan senyum manis. Senyum termanis yang pernah aku lihat dari bibir Alka untukku.

Komentar

  1. aaaaaaaaaaaaaa gue suka cerpen lu amal haaaaaa endingnya aaaaa kereeen :D

    BalasHapus
  2. kenapa endingnya say? haha makasih loooh :D lu pembaca setia blog gue kayanya hehe :*

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Pengakuan Kinan

Aku berjalan cepat mengejar bis yang setiap harinya menuntutku untuk lebih gesit dari hari kemarin. Kaki-kaki kecilku melompati genangan demi genangan air sisa hujan semalam. Aku, dengan setelan serba gelap, seragam yang dibalut cardigan hitam, rok abu-abu, black flat shoes , dan tas hitam yang menggantung di pundak tangan kananku. Kaki-kaki kecilku semakin lambat berlari. Deru nafasku semakin jelas terdengar, naik-turun, tak terkendali. Rasanya lelah setiap pagi harus mengejar bis yang sama agar aku bisa sampai di sekolahku yang sangat-sangat jauh itu dengan biaya yang sangat-sangat murah. Jari-jariku melepaskan tiga lembar uang ribuan ke tangan kenek bis yang terus-menerus menggerakkan lengannya naik-turun hingga timbul dentingan-dentingan dari koin yang saling beradu. Aku mendapat kursi di belakang sopir bis. Beruntung, pagi ini aku tidak berdiri dengan tangan kanan terangkat, walaupun, teman sebangku-ku ini juga tidak bisa dikatakan beruntung, bapak setengah ...

Review & Testimoni NEOGEN Bio-Peel Gauze Peeling Lemon

Annyeonghaseyooooo ^^ Postingan ini adalah tulisan pertama aku yang mereview sebuah produk skin care Korea yang aku pakai. Fyi guys , tulisan ini bukan endorse or paid promote loh yah, ini murni review atau testimoniku mengenai produk dari merk yang sudah aku pakai dalam beberapa waktu. Here it is .. NEOGEN Bio-Peel Gauze Peeling Lemon Produk skin care Korea pertama yang aku review adalah si kuning ini, Neogen Bio-Peel Gauze Peeling Lemon. Pertama kali tahu soal produk ini dari vlogger favorite aku yang melakukan demo menggunakan Neogen Bio-Peel ini yang keliatannya sangat moist banget sewaktu dipakai. Setelah stalking dan baca review disana-sini, akhirnya aku memutuskan untuk membeli produk Neogen Bio-Peel Gauze Peeling Lemon. Kenapa lemon? Padahal Neogen ini mengeluarkan 3 varian yaitu Neogen Bio-Peel Gauze Peeling Lemon, Neogen Bio-Peel Gauze Peeling Wine, dan Neogen Bio-Peel Gauze Peeling Green Tea. Jawabannya adalah tergantung kebutuhan kulit ki...

Pop Lantern, Lampu unik, cantik, dan menarik!

Well, semester 4 ternyata benar-benar jadi semesternya jurnalistik. Everyday writing.... Fullday Interview... Fyuuuh! Tapi lumayanlah, karena saking banyaknya mata kuliah di semester 4 yang selalu ngasih tugas wawancara, entah itu wawancara wiraswasta, wawancara kuliner, dan produk unik serta kreatif lainnya. Gue jadi punya banyak referensi yang pasti berguna buat di- share ke blog gue ini nih. *secara... blog gue masih sepi banget kayanya untuk bisa bikin para blogger mau blogwalking disini* haha :p Naaah, sebagai bukti kalau omongan gue bukan hanya bullshit belaka kayak omongan si dia *eeaa, dia siapa nih? haha* gue perkenalkan kalian semua sama lentera unik yang satu ini! Here it is....  Lapak Pop Lantern di Bale Binarum Penasaran? Hahaha lampu-lampu unik nan cantik di foto itu bernama Pop Lantern. Hari Kamis kemarin, gue telah mewawancarai salah satu orang yang bertanggung jawab atas lentera unik itu di daerah Pajajaran, tepatnya di depan gedung serbaguna Bale Bi...