Langsung ke konten utama

Postingan

{REVIEW} - Pond’s White Beauty Brightening Micellar Water

It’s review time! After a long-long-long time no posted about review things, finally I try to go back! Kali ini, aku bukan mau review skincare kayak review pertama aku dulu. Di review post keduaku ini, aku mau coba sharing tentang produk make up remover ! Kind of skincare juga gak sih kalo make up remover (?) --skip-- Pond’s White Beauty Brightening Micellar Water Sebagai seorang jurnalis saat ini, sebenernya aku bukan orang yang pakai heavy make up setiap hari. Daily make up aku hanya bedak, mascara, blush on (aku pakai liptint) & liptint/matte lipstick. Meski make upnya gak terlalu berat, tapi gak berarti aku gak butuh make up remover loh! Nah, berhubung belakangan ini produk micellar water lagi booming banget. Salah satu yang aku coba adalah Pond’s White Beauty Brightening Micellar Water dimana menurut aku worth it untuk dicoba. Worth it dari segi apa aja? Simak ya! *** PACKAGING *** Pond’s White Beauty Brightening Micellar Water m
Postingan terbaru

I found the love

Well I found a woman, stronger than anyone I know~ She shares my dreams, I hope that someday I'll share her home~ Aku terbangun. Entah berapa lama telah tertidur. Mataku mengerjap ragu. "Dimana ini?" Pikirku. Lantunan lirik lagu perfect yang membuat aku terbangun terus mengalun. Sayup-sayup dibawa angin yang sejuk. Di depan mataku hanya ada padang rumput hijau. Aku tertidur diatas sebuah tikar rotan yang dilapisi kain sutra putih. Di empat sudutnya berdiri tegak tiang yang mengikat kain satin putih yang berkibar-kibar. Satin itu menari. Aku membuka mataku lebih lebar. Aku menerawang sekeliling. Bahkan di sebelahku ada roti gandum dan susu dingin serta sedikit buah-buahan kampung. Ada pisang, jeruk yang masih agak hijau, dan jambu air. "Ini.. lagi piknik kali ya?" Pikirku lagi. Aku menunduk. Aku mengenakan dress warna putih gading selutut. Rambutku rasa-rasanya terurai begitu saja. Aku ingin bercermin, tapi disekitarku tidak ada s

Review & Testimoni NEOGEN Bio-Peel Gauze Peeling Lemon

Annyeonghaseyooooo ^^ Postingan ini adalah tulisan pertama aku yang mereview sebuah produk skin care Korea yang aku pakai. Fyi guys , tulisan ini bukan endorse or paid promote loh yah, ini murni review atau testimoniku mengenai produk dari merk yang sudah aku pakai dalam beberapa waktu. Here it is .. NEOGEN Bio-Peel Gauze Peeling Lemon Produk skin care Korea pertama yang aku review adalah si kuning ini, Neogen Bio-Peel Gauze Peeling Lemon. Pertama kali tahu soal produk ini dari vlogger favorite aku yang melakukan demo menggunakan Neogen Bio-Peel ini yang keliatannya sangat moist banget sewaktu dipakai. Setelah stalking dan baca review disana-sini, akhirnya aku memutuskan untuk membeli produk Neogen Bio-Peel Gauze Peeling Lemon. Kenapa lemon? Padahal Neogen ini mengeluarkan 3 varian yaitu Neogen Bio-Peel Gauze Peeling Lemon, Neogen Bio-Peel Gauze Peeling Wine, dan Neogen Bio-Peel Gauze Peeling Green Tea. Jawabannya adalah tergantung kebutuhan kulit ki

Lesson in Life from Alea's Story

“ Ada pepatah mengatakan jika kamu merasa kecewa pada seseorang, itu berarti kamu memberikan kepercayaan yang benar kepada orang yang salah. Jadi, bukan kepercayaanmu yang salah, hanya orang yang menerimanya kurang tepat. ” – katanya. “ Jika dasar hatimu memang baik sehingga kamu melakukan berbagai kebaikan kepada orang lain namun orang-orang itu tidak menghargai kebaikanmu dan justru menyakitimu. Percayalah, bukan kamu yang salah. Berbuat baik tidak pernah salah. Tetaplah menjadi orang baik dan tetaplah berbuat baik. Setidaknya, sampai orang-orang itu menyesal telah kehilangan orang baik sepertimu. ” – ucapnya. Saya masih berlinang air mata. Tidak mampu menahan butiran air asin ini keluar dari kelopak mata saya. Laki-laki di samping saya masih berusaha menghibur. Setidaknya, sampai saya berhenti menitikan air mata katanya. “Ayolah, lihat nih aku bisa sulap” katanya sembari menepuk bahu kanan saya. Saya mendongak ke arahnya. Dia mengeluarkan sebuah koin berwarna si

N.A.D.A.

Malam itu, nada-nada chopin nocturne op.9 no.2 terdengar samar-samar mengalun dari ujung lorong. Ruang kesenian. Agak ngeri memang, tapi kakiku terus melangkah mendekati ruangan itu. Ruang kesenian sekolah, jam 8 malam. "Harusnya udah gak ada kegiatan, kan?" Gumamku. Gendang telingaku makin jelas menangkap nada-nada musik chopin noctrune op.9 no.2 tersebut. Langkah kakiku kemudian berhenti di depan pintu ruang kesenian. Dari sini, denting pianonya terdengar sangat jernih. Aku mematung. Menikmati. "Permainan piano ini.. konsisten, tapi ditengah tadi sempat terdengar temponya lebih cepat, kemudian melambat lagi perlahan." Gumamku lagi. "Apa pemainnya.. menangis?" Kemudian denting pianonya berhenti. Ah, sudah selesai. Sudah sampai bait terakhir ternyata. Aku mengerjap. Jangan-jangan sebentar lagi pemainnya akan keluar dari pintu? Aku menggeser posisiku berdiri. Menyiapkan hati untuk melihat pianis yang akan aku temui. Siapa? Pikirku. Siapa yan

Balada Hati, Senja..

Angin berhembus kencang, hingga menerbangkan rok biru muda yang dipakai Senja. Angin itu tanda kereta api telah datang. Ya, Senja ada di stasiun. Berdiri. Diam. Menanti. Dia menyandarkan tubuhnya pada tiang penyangga peron yang menjulang. Memakai kemeja blouse warna salem dan rok biru muda berkibar bersama rambutnya yang sudah mulai lebih panjang. Di sela-sela telinganya terlihat kabel earphone putih tersambung ke Ipod di dalam tas mungil yang Ia cangklong. "Itsudemo sagashite iru yo dokka ni kimi no sugata o mukai no hoomu rojiura no mado.."  Bibirnya menggumamkan lagu yang sedang didengarnya. Sebuah lagu Jepang kesukaannya saat ini. Menceritakan kasih tak sampai milik tokoh utama dalam lagu tersebut. Laki-laki yang selalu mencari sosok wanita yang dicintainya di setiap peron yang berlawanan, bahkan di jendela rumah. Senja tersenyum kecut. "Cih. Laki-laki idaman banget nih." katanya. Lalu menghela nafas. Pengeras suara di stasiun meneriakkan bahwa kereta

Balada Hati, Senja...

Senja tak pernah bermimpi, hanya berharap. Menanti detik demi detik waktu berganti. Terus melukis mega menjadi jingga. Meski Senja tahu, bulan purnama ‘kan datang menyinari. *** Gemericik suara hujan masih terdengar di luar jendela. Seperti tahu ada yang sedang meratapinya dari dalam jendela. Senja tersenyum. Matanya menerawang keluar jendela. Melihat orang-orang berlarian menghindari hujan. Lalu terkekeh. “Kenapa mereka harus berlari menghindari hujan, kalau mereka bisa menari menikmatinya?” Bisiknya pada diri sendiri. Senja Adiraga. Gadis muda penuh talenta, dan cinta. Seluruh harinya hanya ada bahagia. Meski di satu masa pernah merasakan luka. Tapi, dia tetap ceria. Senja tak pernah menggerutu, kecuali melihat orang lain menggerutu di hadapannya. Senja tak pernah mengutuk, kecuali hatinya benar-benar merasa tertusuk. Cipratan demi cipratan sisa air hujan berterbangan di sekitar Senja. Sepatu boots biru lautnya terus menghantam genangan sisa air hujan hin